Senin, November 09, 2009

Past Perfect

Past perfect tense digunakan untuk menyatakan kejadian yang telah terjadi sebelum terjadinya peristiwa atau kegiatan lain di waktu lampau.
 

Pola kalimat past perfect tense.
 

Pola I
(+) S + had + V3
(-) S + had + not + V3
(?) Had + S + V3

Pola II
(+) S + had + been + Adj/Adv/N
(-) S + had + not + been + Adj/Adv/N
(?) Had + S + been + Adj/Adv/N

Contoh kalimat pola I:
They had gone to bed by ten o’clock.
I had not eaten when she came.
Had the cat killed the parrot?

Contoh kalimat pola II:
She had been to the supermarket by nine o’clock.
They had not been here when he came.
Had she been happy after his father came?


Catatan
Pada saat berbicara menggunakan pola kalimat past perfect tense, subjek dan kata kerja bantu sering dijadikan satu dengan cara disingkat (‘d contraction).
They’d gone to bed by ten o’clock.

Bentuk singkatan ‘d juga dipakai untuk kata kerja bantu would. Contoh, we’d dapat berarti we had atau we would. Tetapi verba utamanya berbeda bentuk, misalnya:
We had arrived (past participle)
We would arrive (base)

 
Perhatikan konteksnya dalam kalimat untuk membedakannya.



Past Perfect Tense mirip dengan Present Perfect Tense hanya saja beda di waktunya saja. Penekannya pada PERFECT-nya itu, usainya itu. Agar lebih jelas saya ulang sedikit tentang Present Perfect Tense dulu ya.PRESENT Perfect Tense mengenai suatu kejadian atau peristiwa yang SELESAI (sempurna, perfect) saat ini, contohnya: She has just gone (Dia baru saja pergi).

Nah PAST Perfect Tense adalah bentuk lampau (Past) dari Present Perfect Tense itu, makanya disebut Past Perfect Tense, sama-sama Perfectnya! Jelas ya? Kalau Present Perfect Tense menggunakan rumus S + Have/has + V3 maka Past Perfect Tense menggunakan bentuk lampau dari Has/has yaitu “HAD”.

Rumus Past Perfect Tense
Positif: S + had + V3
Negatif: S + had + not + V3
Tanya: Had + S + V3


Past Perfect Tense sering digunakan dengan menggunakan kalimat lain yang berbentuk lampau (Past Tense) yang dihubungan dengan kata sambung seperti When (ketika), After (setelah) untuk menekankan bahwa Perfectnya (Sudahnya) itu adalah di masa lampau.

Tenses Past Perfect Tense ini jarang loh digunakan, tetapi tentu saja ada baiknya Anda memahinya dengan seksama. Jangan dianggap enteng!, suatu saat Anda akan perlu menggunakannya, hehe..

Contoh kejadiannya seperti ini:
“Kemarin Dia berangkat ke rumahku pagi-pagi bener, tetapi waktu ia sampai eh saya SUDAH pergi”. Tuh, lihatlah SUDAH perginya itu kan Perfect. Anda ingat pelajaran tentang Present Perfect Tense bahwa SUDAH itu adalah ciri-cirinya. Hanya saja SUDAH nya itu adalah kemarin (lampau). Itulah mengapa dalam kejadian ini kita menggunakan Past Perfect Tense.

Contoh kalimatnya:
-I had gone When He arrived at my home
“I had gone” adalah Past Perfect Tense, dengan subjectnya adalah I. Lihat ada “had” nya, dan kata kerja bentuk ketiganya (V3) adalah gone. Sesuai rumusnya S + had + V3. Kalimat pembandingnya adalah bentuk past tense: “When He arrived at my home”.

Contoh kalimat lainnya:
I had written 3 articles when you visited my blog for the first time.
Jadi Past Perfect Tense adalah tentang “Sudah, masa lalu”. Present Perfect Tense tentang “Sudah, kini”. Rumusnya mirip, karena sama-sama Perfect. Setiap Perfect pasti pakai kata kerja bentuk ke-3 baik itu pada Kata Kerja utamanya atau pada kata kerja bantu-nya.

Contoh kalimat lain dalam Past Perfect Tense:
-I had studied hard but I didn’t make good result in the exam.
-You had told me twice before I understood.
-Coba buat kalimat Anda paling tidak 3 biji, ayoo..

Past Perfect Tense Dalam Kalimat Negatif

Gampang saja, tinggal tambah NO setelah HAD. Contoh berikut telah disederhanakan:
-I had not studied hard, so I didn’t make good result
-You had not told me that, that’s why I didn’t understand
Perhatikan kalimat past tense di belakangnya sengaja saya ubah agar mengandung arti yang masuk akal saja. Jika tidak diganti kan menjadi aneh itu kalimat. Betul?

Past Perfect Tense Dalam Kalimat Tanya

Tinggal dibalik, Had nya di depan.
Rumusnya kan: Had + S + V3
-Had You studied hard bla bla bla?
-Had You told me …?
-Silahkan buat sendiri contoh Anda.

MULTIPLEXING

Multiplexing adalah Teknik menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara bersamaan pada suatu kanal transmisi. Dimana perangkat yang melakukan Multiplexing disebut Multiplexer atau disebut juga dengan istilah Transceiver / Mux. Dan untuk di sisi penerima, gabungan sinyal - sinyal itu akan kembali di pisahkan sesuai dengan tujuan masing – masing. Proses ini disebut dengan Demultiplexing. Receiver atau perangkat yang melakukan Demultiplexing disebut dengan Demultiplexer atau disebut juga dengan istilah Demux.


Tujuan Muliplexing
- meningkatkan effisiensi penggunaan bandwidth / kapasitas saluran transmisi dengan cara berbagi akses bersama.

Jenis Teknik Multiplexing
Teknik Multiplexing yang umum digunakan adalah :
a. Time Division Multiplexing (TDM) : - Synchronous TDM
                                                          - Asynchronous TDM
b. Frequency Division Multiplexing (FDM)
c. Code Division Multiplexing (CDM)
d. Wavelength Division Multiplexing (WDM)
e. Optical code Division Multiplexing (ODM)



Time Division Multiplexing (TDM)
Secara umum TDM menerapkan prinsip pemnggiliran waktu pemakaian saluran transmisi dengan mengalokasikan satu slot waktu (time slot) bagi setiap pemakai saluran (user).

TDM yaitu Terminal atau channel pemakaian bersama-sama kabel yang cepat dengan setiap channel membutuhkan waktu tertentu secara bergiliran (round-robin time-slicing). Biasanya waktu tersebut cukup digunakan untuk menghantar satu bit (kadang-kadang dipanggil bit interleaving) dari setiap channel secara bergiliran atau cukup untuk menghantar satu karakter (kadang-kadang dipanggil character interleaving atau byte interleaving). Menggunakan metoda character interleaving, multiplexer akan mengambil satu karakter (jajaran bitnya) dari setiap channel secara bergiliran dan meletakkan pada kabel yang dipakai bersama-sama sehingga sampai ke ujung multiplexer untuk dipisahkan kembali melalui port masing-masing. Menggunakan metoda bit interleaving, multiplexer akan mengambil satu bit dari setiap channel secara bergiliran dan meletakkan pada kabel yang dipakai sehingga sampai ke ujung multiplexer untuk dipisahkan kembali melalui port masing-masing. Jika ada channel yang tidak ada data untuk dihantar, TDM tetap menggunakan waktu untuk channel yang ada (tidak ada data yang dihantar), ini merugikan penggunaan kabel secara maksimun. Kelebihanya adalah karena teknik ini tidak memerlukan guardband jadi bandwidth dapat digunakan sepenuhnya dan perlaksanaan teknik ini tidak sekompleks teknik FDM. Teknik TDM terdiri atas :

Synchronous TDM
Hubungan antara sisi pengirim dan sisi penerima dalam komunikasi data yang menerapkan teknik Synchronous TDM dijelaskan secara skematik pada gambar


Gambar Synchronous TDM

Cara kerja Synchronous TDM dijelaskan dengan ilustrasi dibawah ini


Gambar Ilustrasi hasil sampling dari input line

Asynchronous TDM
Untuk mengoptimalkan penggunaan saluran dengan cara menghindari adanya slot waktu yang kosong akibat tidak adanya data ( atau tidak aktif-nya pengguna) pada saat  sampling setiap input line, maka pada Asynchronous TDM proses sampling hanya dilakukan untuk input line yang aktif saja. Konsekuensi dari hal tersebut adalah perlunya menambahkan informasi kepemilikan data pada setiap slot waktu berupa identitas
pengguna atau identitas input line yang bersangkutan.

Penambahan informasi pada setiap slot waktu yang dikirim merupakan overhead pada Asynchronous TDM.
Gambar di bawah ini menyajikan contoh ilustrasi yang sama dengan gambar Ilustrasi hasil sampling dari input line jika ditransmisikan dengan Asynchronous TDM.

Gambar Frame pada Asysnchronous TDM

Frequency Division Multiplexing (FDM)

Prinsip dari FDM adalah pembagian bandwidth saluran transmisi atas sejumlah kanal (dengan lebar pita frekuensi yang sama atau berbeda) dimana masing-masing kanal dialokasikan ke pasangan entitas yang berkomunikasi. Contoh aplikasi FDM ini yang polpuler pada saat ini adalah Jaringan Komunikasi Seluler, seperti GSM ( Global System Mobile) yang dapat menjangkau jarak 100 m s/d 35 km. Tingkatan generasi GSM adalah sbb:

First-generation: Analog cellular systems (450-900 MHz)

  • Frequency shift keying for signaling
  • FDMA for spectrum sharing
  • NMT (Europe), AMPS (US)
 Second-generation: Digital cellular systems (900, 1800 MHz)

  • TDMA/CDMA for spectrum sharing
  • Circuit switching
  • GSM (Europe), IS-136 (US), PDC (Japan)
 2.5G: Packet switching extensions

  • Digital: GSM to GPRS
  • Analog: AMPS to CDPD
 3G:

  • High speed, data and Internet services
  • IMT-2000

Gambar Pemakaian Frekwensi pada GSM

FDM yaitu pemakaian secara bersama kabel yang mempunyai bandwidth yang tinggi terhadap beberapa frekuensi (setiap channel akan menggunakan frekuensi yang berbeda). Contoh metoda multiplexer ini dapat dilihat pada kabel coaxial TV, dimana beberapa channel TV terdapat beberapa chanel, dan kita hanya perlu tunner (pengatur channel) untuk gelombang yang dikehendaki. Pada teknik FDM, tidak perlu ada MODEM karena multiplexer juga bertindak sebagai modem (membuat permodulatan terhadap data digital). Kelemahan Modem disatukan dengan multiplexer adalah sulitnya meng-upgrade ke komponen yang lebih maju dan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi (seperti teknik permodulatan modem yang begitu cepat meningkat). Kelemahannya adalah jika ada channel (terminal) yang tidak menghantar data, frekuensi yang dikhususkan untuk membawa data pada channel tersebut tidak tergunakan dan ini merugikandan juga harganya agak mahal dari segi pemakaian (terutama dibandingkan dengan TDM) kerana setiap channel harus disediakan frekuensinya. Kelemahan lain adalah kerana bandwidth jalur atau media yang dipakai bersama-sama tidak dapat digunakan sepenuhnya, kerana sebagian dari frekuensi terpaksa digunakan untuk memisahkan antara frekuensi channelchannel yang ada. Frekuensi pemisah ini dipanggil guardband.


Gambar Frequency Division Multiplexing

Pengalokasian kanal (channel) ke pasangan entitas yang berkomunikasi diilustrasikan pada gambar dibawah ini :

Gambar Contoh penerapan FDM dengan 4 pengguna

Code Division Multiplexing (CDM)

Code Division Multiplexing (CDM) dirancang untuk menanggulangi kelemahankelemahan yang dimiliki oleh teknik multiplexing sebelumnya, yakni TDM dan FDM.. Contoh aplikasinya pada saat ini adalah jaringan komunikasi seluler CDMA (Flexi) Prinsip kerja dari CDM adalah sebagai berikut :
1. Kepada setiap entitas pengguna diberikan suatu kode unik (dengan panjang 64 bit) yang disebut chip spreading code.

2. Untuk pengiriman bit ‘1’, digunakan representasi kode (chip spreading code) tersebut.

3. Sedangkan untuk pengiriman bit ‘0’, yang digunakan adalah inverse dari kode tersebut.

4. Pada saluran transmisi, kode-kode unik yang dikirim oleh sejumlah pengguna akan ditransmisikan dalam bentuk hasil penjumlahan (sum) dari kode-kode tersebut.

5. Di sisi penerima, sinyal hasil penjumlahan kode-kode tersebut akan dikalikan dengan kode unik dari si pengirim (chip spreading code) untuk diinterpretasikan.
selanjutnya :
- jika jumlah hasil perkalian mendekati nilai +64 berarti bit ‘1’,
- jika jumlahnya mendekati –64 dinyatakan sebagai bit ‘0’.

Contoh penerapan CDM untuk 3 pengguna (A,B dan C) menggunakan panjang kode 8 bit (8-chip spreading code) dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengalokasian kode unik (8-chip spreading code) bagi ketiga pengguna :

   - kode untuk A : 10111001
   - kode untuk B : 01101110
   - kode untuk C : 11001101

b. Misalkan pengguna A mengirim bit 1, pengguna B mengirim bit 0 dan pengguna C mengirim bit 1. Maka pada saluran transmisi akan dikirimkan kode berikut :

  - A mengirim bit 1 : 10111001 atau + - + + + - - +
  - B mengirim bit 0 : 10010001 atau + - - + - - - +
  - C mengirim bit 1 : 11001101 atau + + - - + + - +
  - hasil penjumlahan (sum) = +3,-1,-1,+1,+1,-1,-3,+3

c. Pasangan dari A akan menginterpretasi kode yang diterima dengan cara :

   - Sinyal yang diterima : +3 –1 –1 +1 +1 –1 –3 +3
   - Kode milik A : +1 –1 +1 +1 +1 -1 –1 +1
   - Hasil perkalian (product) : +3 +1 –1 +1 +1 +1 +3 +3 = 12
   Nilai +12 akan diinterpretasi sebagai bit ‘1’ karena mendekati nilai +8.

d. Pasangan dari pengguna B akan melakukan interpretasi sebagai berikut :

   - sinyal yang diterima : +3 –1 –1 +1 +1 –1 –3 +3
   - kode milik B : –1 +1 +1 –1 +1 +1 +1 –1
   - jumlah hasil perkalian : –3 –1 –1 –1 +1 –1 –3 –3 = -12
  berarti bit yang diterima adalah bit ‘0’, karena mendekati nilai –8.



Wavelength Division Multiplexing (WDM).
Teknik multiplexing ini digunakan pada transmisi data melalui serat  optik (optical fiber) dimana sinyal yang ditransmisikan berupa sinar. Pada WDM prinsip yang diterapkan mirip seperti pada FDM, hanya dengan cara pembedaan panjang gelombang (wavelength) sinar. Sejumlah berkas sinar dengan panjang gelombang
berbeda ditransmisikan secara simultan melalui serat optik yang sama (dari jenis Multi mode optical fiber).



Gambar Wavelength Division Multiplexing


Optical code Division Multiplexing.
Prinsip yang digunakan pada ODM serupa dengan CDM, hanya dalam hal ini yang dikode adalah berupa sinyal analog (sinar) dengan pola tertentu. Sejumlah berkas sinar dengan pola sinyal berbeda ditransmisikan melalui serat optik dengan menggunakan prinsip TDM (berupa temporal-spectral signal structure). Di sisi penerima setiap berkas sinar tersebut akan diinterpretasi untuk setiap pasangan pengguna untuk memperoleh kembali data yang dikode tersebut dengan cara mengenali terlebih dahulu pola sinyal yang digunakan.


protocol X.25

Apakah sebenarnya protocol X.25 itu?
  • Sebagai salah satu protocol paket switching yang tertua, (Datalink Protocol)
  • X.25 tidaklah sepopuler ‘keturunannya’ (Frame Relay, ATM, dll).
  • X.25 adalah protocol yang mendefinisikan bagaimana computer (device) pada jaringan public yang berbeda platform bisa saling berkomunikasi.  Protocol yang sudah distandarisasi oleh International Telecommunication Union-Telecommunication Standardization Sector (ITU-T).
  • Gambar dibawawh ini mengilustrasikan sebuah network X.25.
Sumber: http://www.sangoma.com/x25.htm



Device pada X.25 ini terbagi menjadi tiga kategori:
  • Data Terminal Equipment (DTE),
  • Data Circuit-terminating Equipment (DCE) serta
  • Packet Switching Exchange (PSE).
  • Device yang digolongkan DTE adalah end-system seperti terminal, PC, host jaringan (user device).
  • Sedang device DCE adalah device komunikasi seperti modem dan switch.  Device inilah yang menyediakan interface bagi komunikasi antara DTE dan PSE.  Adapun PSE ialah switch yang yang menyusun sebagian besar carrier network.  Hubungan antar ketiga kategori ini diilustrasikan pada gambar dibawah ini.
 Hubungan DTE-DCE dan PSE "Sumber: www.cisco.com"


Protokol Pada X.25

  • Penggunaan protokol pada model standar X.25 ini meliputi tiga layer terbawah dari model referensi OSI.  Terdapat tiga protokol yang biasa digunakan pada implementasi X.25 yaitu:
  •  Packet-Layer Protocol (PLP),
  •  Link Access Procedure,  Balanced (LAPB)
  •  Serta beberapa standar elektronik dari interface layer fisik seperti EIA/TIA-232, EIA/TIA-449, EIA-530, dan G.703.  
  • Gambar di bawah ini mengilustrasikan protokol-protokol X.25 ini  pada model OSI.
 Perbandingan Protokol X.25 Pada Tiga Layer Terbawah OSI "Sumber: www.cisco.com"


Lapisan-lapisan X25 
Layer 1:
  • Physical Layer bekerja dengan elektris atau sinyal.  Didalamnya termasuk beberapa standar elektronik seperti is V.35 , RS232 and X.21.
Layer 2:
  • Data Link Layer, pada X.25 diimplementasikan ISO HDLC standar yang disebut Link Access Procedure Balanced (LAPB) dan menyediakan link yang bebas error antara dua node yang secara fisik terkoneksi.  Error ini akan dicek dan dikoreksi pada tiap hop pada network.
  • Fasilitas inilah yang membuat X.25 handal, dan cocok untuk link yang noisy, cenderung punya banyak error.  
  • Protocol modern seperti Frame Relay atau ATM tidak punya error correction dan hanya memiliki basic flow control.  Mereka merngandalkan protokol pada level yang lebih tinggi seperti TCP/IP untuk menyediakan flow control dan end-to-end error correction.
Layer 3:
  • Network Layer yang mengatur komunikasi end-to-end antar device DTE.  Layer ini mengurus set-up dan memutus koneksi serta fungsi routing dan juga multiplexing.

Virtual Circuit X.25
  • Sebuah virtual circuit adalah koneksi logical yang dibuat untuk menjamin konektivitas antara dua network device.  Sebuah virtual circuit menandai sebuah path logical dua arah dari sebuah DTE ke device lain dalam sebuah jaringan X.25.  
  • X.25 membuat beberapa user DTE pada jaringan X.25 untuk berkomunikasi dengan beberapa DTE lain secara simultan.  Hal ini dimungkinkan karena X.25 mempunyai circuit logical tadi.
  • Secara fisik, koneksi ini dapat melalui berapapun node seperti DCE dan PSE.  Beberapa virtual circuit bisa disatukan (multiplexing) menjadi sebuah koneksi fisik tunggal.  Kemudian koneksi ini bisa dipecah lagi di tempat tujuan, untuk kemudian menyampaikan data pada tujuan masing-masing.  Gambar  dibawah menggambarkan bagaimana proses multiplexing dan demultiplexing ini.
 Penggabungan beberapa virtual circuit menjadi satu circuit fisik. Sumber: www.cisco.com





Frame Relay

Frame relay merupakan protocol WAN yang mempunyai performance tinggi yang bisa memberikan koneksi jaringan WAN sampai 2,048 Mbps (dan bahkan bisa lebih tinggi) ke berbagai belahan dunia. Frame relay menggunakan circuit virtual untuk koneksi site-2 dan memberikan lebar pipa bandwidth berskala yang bisa dijamin (dengan menggunakan apa yang disebut sebagai CIR- committed information rate). Frame relay begitu popular karena penawaran bandwidth yan berskala melalui jalur digital. Dengan menggunakan konfigurasi standard frame relay akan merupakan cara yang sederhana untuk meminimalkan masalah jaringan-2 frame relay.

Frame relay didesign untuk transmisi digital melalui medium yang sudah handal, yang pada umumnya adalah fiber optic, bandingkan dengan jaringan yang menggunakan X.25 yang pada awalnya didesign untuk jaringan transmisi analog melalui medium yang dianggap tidak handal seperti standard line telpon.

Berikut ini adalah fitur utama dari frame relay:
  • Frame relay memberikan deteksi error tapi tidak memberikan recovery error.
  • Frame relay memberikan transfer data sampai 1.54Mbs
  • Frame relay mempunyai ukuran paket yang bervariable (disebut frame)
  • Frame relay bisa dipakai sebagai koneksi backbone kepada jaringan LAN
  • Frame relay bisa dimplementasikan melalui berbagai macam koneksi sambungan (56K, T1, T3)
  • Frame relay beroperasi pada layer physical dan layer Data link pada model OSI
saat anda menandatangani kontrak berlangganan jasa frame relay, anda akan diberikan level layanan yang disebut CIR – committed Information Rate. CIR adalah batas jaminan maksimal rate transmisi yang akan anda terima dalam jaringan frame relay. Jika traffic jaringan rendah, anda bisa mengirim data dengan cepat seakan melebihi batas maksimal CIR. Jika traffic meningkat, prioritas akan diberikan pada data yang datang dari cutomer dengan CIR yang lebih tinggi, dan rate efektifnya akan drop.
Karena frame relay mengasumsikan medium transmisi yang handal, setiap switch melakukan pemeriksaan error tapi tidak recovery error. Sumber error dari frame relay kebnyakan bukan dari kehilangan paket atau data corrupt, akan tetapi dikarenakan mampetnya jaringan karena kepadatan aliran data. Saat traffic meningkat, switch frame relay mulai merontokkan paket untuk mengejar beban jaringan.

Gambaran berikut ini adalah konsep bagaimana data ditransmisikan melalui jaringan frame relay:

1.       Router membuat koneksi ke switch frame relay baik langsung maupun lewat CSU/DSU

2.      Jaringan Frame relay mensimulasikan suatu koneksi “selalu on” dengan PVC

3.      Outer pengirim mulai mengirim data segera tanpa membentuk suatu sesi

4.      Switch frame relay melaksanakan pemeriksaan error tapi tidak memperbaiki error tersebut.

5.      Paket yang corrupt akan di jatuhkan tanpa notifikasi

6.      Paket akan menjelajah melalu cloud frame relay tanpa adanya acknowledgement

7.      Piranti pengirim dan penerima lah yang akan melakukan koreksi error

8.      Switch frame relay akan mulai menjatukan paket jika kemapetan jalur mulai terbentuk

9.      Kebanjiran atau kemampetan jaringanlah penyebab dari kehilangan paket secara umum pada jaringan frame relay

10.   Paket akan dihilangkan berdasarkan informasi pada bit Discard Elligable (DE)

11.    Switch frame relay mengirim notifikasi Backward explicit congestion notification (BECN) untuk mengisyaratkan menurunkan rate transfer data.

                                                           Frame relay diagram

Frame relay addressing
Frame relay menggunakan Data-link Connection Identifier (DLCI) untuk setiap circuit virtual
1.       Range DLCI ada antara 16 dan 1007
2.      DLCI mewakili koneksi antara dua piranti frame relay
3.      Penyedia layanan frame relay memerikan DLCI saat vitual circuit di setup
4.      Setiap DLCI adalah unik pada jaringan local akan tetapi tidak pada jaringan WAN secara keseluruhan.
 
Local Management Interface (LMI)
LMI merupakan satu set ekstensi management protocol yang mengautomasikan banyak tugas-2 management frame relay. LMI bertanggungjawab untuk memanage koneksi dan melaporkan status koneksi.

1.       Memelihara link antara router dan switch frame

2.      Mengumpulkan satus informasi tentang router-2 yang lain dan juga koneksi-2 pada jarinan

3.      Enable dinamik DLCI assignment melalui support multicasting

4.      Membuat DLCI berarti secara global untuk jaringan keseluruhan

Router Cisco mendukung tiga macam LMI: Cisco; ANSI; dan Q933a. jika anda menhubungkan router dengan jaringan frame relay, interface router mempunyai koneksi langsung ke switch frame relay pada sisi penyedia frame relay. Walaupun hanya ada satu koneksi fisik antara router dan frame relay, frame relay mendukung multiple circuit virtual.

Ada dua opsi saat konfigurasi koneksi frame relay atau circuit:

1.       Point-to-point yang mensimulasikan suatu sambungan leased line- suatu sambungan langsung dengan suatu piranti tujuan.

2.      Multipoint, yang menghubungkan setiap circuit untuk berkomunikasi dengan lebih dari satu piranti tujuan. Ciscuit yang sama digunakan untuk multiple komunikasi.
Anda bisa mengkonfigurasikan router dengan multi sub-interface yang mengijinkan konfigurasi circuit virtual, yang masing-2 menggunakan parameter konfigurasi yang berbeda.
Saat mengkonfigurasi router untuk koneksi ke frame relay, nomor DLCI bertindak seperti address pada layer Data link dan layer Physical. Karena frame relay mendukung protocol-2 layer bagian atas, anda perlu mengasosiasikan logical, address tujuan layer network dengan nomor DLCI yang digunakan untuk mencapai address tersebut.

Untuk koneksi multiple, anda mempunyai opsi konfigurasi berikut:

1.       Asosiasikan DLCI secara dynamic dengan protocol inverse-ARP untuk mendapatkan address tujuan secara dynamic yang diasosiasikan dengan DLCI

2.      Petakan addres secara manual ke DLCI dengan mengidentifikasikan address dari masing-2 piranti tujuan, dan asosiasikan setiap address dengan DLCI. Walaupun banyak yang dikerjakan, hasilnya tidak rentan terhadap error dibandingkan jika menggunakan inverse-ARP.

Jika interface atau sub-interface menggunakan koneksi point-to-point, anda tidak perlu mengasosiasikan address layer network dengan DLCI. Hal ini dikarenakan interface dan DLCI yang bersangkutan hanya mempunyai satu kemungkinan koneksi.
Standard minimum frame relay

Ada banyak standard frame relay yang berhubungan dengan jenis encapsulasi data-link layer dan fungsi-2 Local Managemeny Interface (LMI) yang digunakan oleh carrier frame relay modern. Untuk kepentingan organisasi korporasi anda, berikut ini adalah standard minimum frame relay:

1.       Jenis koneksi serial yang lebih disukai adalah jenis interface fisik V.35

2.      Modus IETF pada encapsulasi frame relay seharusnya dgunakan untuk layanan yang baru untuk menjamin bisa saling beroperasi

3.      Jenis LMI pada modus ANSI seharusnya digunakan untuk semua konfigurasi frame relay baru untuk jaminan saling operasi

4.      Penggunaan point-to-point sub-interface untuk semua konfigurasi frame relay baru diperlukan untuk meminimalkan masalah koneksi jaringan yang diketahui.